Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Pendidikan Anak No 111: METODE PEMBELAJARAN ANAK DI RUMAH Bagian 5
Senin, 17 Oktober 2022

Silsilah Fiqih Pendidikan Anak – No: 111

METODE PEMBELAJARAN ANAK DI RUMAH Bag-5

Dengan mengetahui metode pembelajaran yang baik, diharapkan proses pendidikan akan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus digurui dan orang tua tidak merasa terbebani. Di antara metode tersebut:

Keempat: Mengambil Pelajaran dari Berbagai Peristiwa dan Kejadian

Mendidik anak itu berlangsung setiap saat. Peristiwa sehari-hari sebenarnya adalah kejadian besar, walaupun tampak sepele. Peristiwa keseharian ini akan memberi pengaruh sikap terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami anak di waktu lain. Pendidik yang cerdas tidak akan membiarkan suatu kejadian melintas begitu saja tanpa mengambil pelajaran darinya, untuk ia sampaikan kepada anak-anak. Maka manfaatkanlah setiap kejadian sebagai media pengarahan, bimbingan, pengajaran dan sarana untuk meluruskan kekeliruan.

Demikianlah metode al-Qur’an. Bahkan al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan mayoritas ayat diturunkan berdasarkan peristiwa yang terjadi, agar lebih membekas di hati manusia. Contohnya peristiwa yang dialami kaum muslimin saat perang Hunain. Di mana sebagian mereka merasa takjub dengan banyaknya jumlah pasukan dan persenjataan dibanding musuh. Hingga mengira bahwa itulah faktor utama penyebab kemenangan dan tidak mungkin mereka terkalahkan.

Allah ta’ala berfirman,

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menolong kalian (wahai kaum mukminin) di banyak peperangan. Dan (ingatlah) peperangan Hunain, saat itu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah (pasukan kalian). Padahal jumlah banyak tersebut tidak memberi manfaat sedikitpun, bumi yang luas terasa sempit dan kalian kalah berlari ke belakang”. QS. At-Taubah (9): 25.

Di antara pelajaran penting yang bisa dipetik adalah: bahwa jumlah bukan jaminan kemenangan. Tak ada kemenangan kecuali jika Allah berkehendak menganugerahkannya. Kuantitas semata takkan cukup kuat jika tak diiringi kualitas keimanan yang mumpuni dan terus ditingkatkan. Perasaan sombong yang setitik karena kuantitas ternyata bisa membuat bumi terasa sempit bagi kita. 

Manfaatkan peristiwa keseharian!

Ternyata banyak sekali kejadian yang kita atau anak alami, bisa dijadikan bahan pelajaran. Anak terjatuh ketika main sepeda misalnya. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Contoh: jangan lupa membaca doa saat keluar rumah, membaca doa ketika naik kendaraan, tidak boleh sombong dengan kemahiran naik sepeda, berhati-hati saat bermain, dsb.

Ketika hujan lebat turun diiringi kilat dan petir yang menyambar-nyambar dan mengguntur. Kita bisa mengingatkan anak dengan doa mendengar guntur, menjelaskan kedahsyatan kebesaran Allah, bahwa dahulu kala ada kaum yang dibinasakan Allah dengan petir gara-gara mereka inkar tidak beriman, dsb.

Saat ada saudara yang meninggal dunia. Kita ajak anak untuk takziyah, dijelaskan bahwa semua dari kita pasti juga akan mati, maka persiapkanlah bekal sebaik mungkin untuk menghadapinya, dsb.

Biasakan diri kita dan putra-putri kita untuk peka menangkap pesan. Bahkan Anda juga boleh merangsang anak untuk ikut menyimpulkan pelajaran dari apa yang dilihatnya. Tentu dengan pengarahan yang bijak dari orang tua. Jangan melek walang! Begitulah Kyai kami di pondok dahulu memberikan perumpamaan untuk orang yang matanya bisa melihat, namun otaknya tidak berfikir. Alias tidak mengambil pelajaran dari apa yang dia lihat di sekelilingnya.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 30 Rajab 1439 / 16 April 2018


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-111-metode-pembelajaran-anak-di-rumah-bagian-5/